Aulia Advertising Biro Iklan Telp 021 93476893, 0813 8468 1151

Selasa, 17 Desember 2013

Jihad Memerangi Rentenir

Jihad Memerangi Rentenir
Oleh: Molyadi Samuel AM.

Sungguh malang nasib Bagus (40 tahun), padahal ia adalah suami setia dan penuh tanggung jawab. Sebagai seorang suami yang sudah dikaruniai seorang anak, warga Perum Alinda Kencana Bekasi ini bekerja keras setiap hari. Sebagai karyawan sebuah pabrik, ia tidak pernah menyia-nyiakan waktu untuk menafkahi keluarga yang sangat dicintainya. Setiap hari ia bergelut dengan waktu yang sebagian besar dihabiskan untuk banting tulang di pabrik, sebagian lagi habis ditelan kemacetan yang membuat pusing ketika pulang dan pergi dari rumah ke pabrik. Sisa waktunya dihabiskan di rumah untuk istirahat dan keluarga.

Demikianlah, tujuh hari dalam seminggu waktunya bergulir terus-menerus sampai-sampai tak ada lagi waktu untuk mengkaji agama maupun menghadiri di majelis taklim.

Saat yang paling ditunggu-tunggu oleh Bagus adalah awal bulan, di mana ia menerima gaji setelah sebulan penuh ia memeras keringat. Sebagai suami yang setia, gaji itu diserahkan semuanya kepada Siska, istri tercinta yang dinikahinya lima tahun yang lalu. Untuk perhitungan normal, gaji Bagus sebetulnya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan jika rajin menabung sisa belanja, dalam beberapa tahun saja insya Allah bisa dipakai untuk
naik haji, merenovasi rumah, membiayai anak yatim, dan seterusnya.

Anehnya, selang lima hari setelah gajian, uang belanja pun ludes. Dengan berbagai alasan, Siska yang pandai berdiplomasi itu pun selalu bisa meyakinkan sang suami bahwa kebutuhan bulanan memang sedang meningkat. Harga sembako naik lah, banyak iuran sekolah lah, iuran RT lah, sumbangan kematian lah, dan seterusnya. Pokoknya, soal cari-cari alasan, Siska adalah ahlinya.

Ternyata, ada yang tidak beres dalam rumah tangga itu. Setiap akhir bulan, ketika suami sedang bekerja, Siska selalu kedatangan lima orang tamu yang membawa sebuah buku catatan. Saat-saat inilah yang membuat jantungnya dag-dig-dug seperti mau copot. Mereka adalah para rentenir yang menagih bunga utang 4.700.000 rupiah. Pembaca mungkin berpikir, betapa besarnya hutang Ibu Siska itu kepada para rentenir?

Memang, saat ini Ibu Siska terlilit hutang kepada para rentenir sebesar 22 juta rupiah. Melihat angka ini, pembaca mungkin bertanya, untuk apa Ibu Siska meminjam utang sebanyak itu tanpa sepengetahuan sang suami?

Sebenarnya, Ibu Siska tidak mutlak salah. Hutang puluhan juta itu bermula sejak dua tahun yang lalu, ketika seorang rentenir berhasil memberikan umpan berupa pinjaman kepada Siska sebesar 500.000. Dalam hitungan hari, minggu dan bulan, uang itu pun beranak-pinak sesuai dengan matematika ala rentenir. Matematika rentenir ini memang tak diajarkan di bangku sekolah, karena kalkulasinya jauh dari kewajaran.

Semakin lama, bunga hutang Ibu Siska kepada rentenir itu terus berbunga dengan suburnya. Batinnya tertekan dihantui belitan utang, dan dikejar-kejar dosa karena terus-menerus membohongi suaminya. Di sisi lain, ia juga khawatir aibnya terbongkar dan diketahui sang suami, karena ia sangat takut suaminya marah dan menceraikan dirinya. Tempat curhat satu-satunya adalah saudara-saudaranya yang tinggal di Jakarta.

Beruntung, ada umat Islam yang peduli, sehingga kasus tersebut sampai kepada layanan online Tim FAKTA (Forum Anti Gerakan Pemurtadan). Setelah mendapat informasi, tanpa buang-buang waktu, setelah koordinasi seperlunya di kantor Walikota Bekasi (9/4), Karsim R Sudiono bersama Abu Mumtaz dan Urif segera meluncur ke kawasan Alinda Kencana.

Tepat jam 10 pagi, sampailah Tim FAKTA di rumah Bagus. Meski penuh curiga dan tanda tanya, Bagus tetap menyambut para tamu dengan sangat ramah. Sementara sang istri nampak menyembunyikan ketakutannya, karena sudah menduga apa yang akan terjadi dengan suaminya.

Usai memperkenalkan diri, Karsim menjelaskan bahwa tujuan kedatangannya adalah silaturrahim kepada sesama muslim, sembari memecahkan persoalan umat yang sedang dihadapi. "Kami datang ke sini untuk memberikan informasi sebuah kasus yang menimpa keluarga Pak Bagus, insya Allah lengkap dengan solusinya. Kedatangan kami ini fisabilillah, tanpa berharap imbalan apapun dari keluarga Pak Bagus." Sampai di sini, Bagus masih belum paham maksud kedatangan Karsim cs. "Ada masalah apa ini, Pak?"

Sebagai komandan regu, Karsim sangat berhati-hati menjelaskan duduk perkara rentenir kepada Bagus dan istrinya. Sesaat, amarah Bagus meledak tak tertahan. Siska yang duduk di sampingnya menjadi sasaran amarah dan makian. Menjelang zuhur, suasana pun memanas, meski tak berlangsung lama. Situasi ini berhasil dikendalikan oleh Karsim dan timnya.

Setelah menjelaskan panjang lebar seputar kejahatan kerja para rentenir, Karsim memberi nasihat tentang pentingnya keluarga sakinah. "Kami mohon, kasus ini jangan dibesar-besarkan. Jaga keutuhan keluarga Bapak," ujarnya.

Sebelum mengakhiri pertemuan, Karsim memberikan solusi kepada Bagus dan Siska agar tidak membayar bunga hutang kepada para rentenir. "Praktik rentenir itu, bagaimanapun juga telah melanggar hukum, baik hukum negara maupun hukum agama. Jika para rentenir menagih maupun mengancam keluarga Pak Bagus, segera laporkan kepada polisi atau kepada kami. Kami sudah siapkan pengacara untuk menghadapi para rentenir itu," tegasnya. Tepat azan zuhur, Karsim dan tim pamitan pulang.

Setelah diinvestigasi oleh Tim FAKTA, ternyata Siska bukan satu-satunya warga Alinda Kencana yang terjerat tipu daya rentenir. Dari pengakuan Siska, para tentangganya juga banyak yang terjerat rentenir. Tapi sebagian mereka sudah dilunasi dengan cara pinjam ke saudara-saudara, pinjam ke bank, jual motor, jual rumah, menggadaikan tanah, dan lain-lain.

Sebut saja Usman, beberapa bulan lalu dia melunasi 30 juta rupiah kepada para rentenir. Petaka keluarganya bermula tiga tahun yang lalu ketika sang istri termakan bujuk-rayu rentenir dengan meminjam uang tunai 500 ribu rupiah. Dalam waktu empat tahun, hutang itu berbunga jadi puluhan juta, padahal tiap bulan istrinya selalu mencicil pembayaran bunga.

Suatu hari, ketika bunga utang istrinya sudah menggunung, para rentenir menagih langsung kepada para suami. Bak disambar petir di siang bolong, Usman terkaget-kaget ketika empat orang yang datang ke rumahnya itu semuanya menagih utang. Ada yang menagih 10 juta, ada yang 15 juta, ada juga yang mengagih 5 juta. Karena belum tahu hukumnya, dengan berat hati, setelah melalui tetesan keringat yang hampir kering, hutang-hutang itu pun dibayar semuanya. Anehnya, hutang-hutang kepada rentenir itu bisa ditawar oleh Usman. Ini membuktikan bahwa angka-angka hutang itu adalah rekayasa rentenir yang mengada-ada.

Sampai saat ini, trauma Usman masih belum kering. "Bagi saya, kehilangan uang puluhan juta tidak akan saya sesali sedikit pun, seandainya dana itu untuk membantu fakir miskin," kenangnya.


KRISTENISASI BERWAJAH RENTENIR

Oleh: Ahmad Hizbullah

Gerakan rentenir di Bandung tak kalah serunya. Di Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung misalnya, modus pemurtadan dilakukan melalui sistem rentenir atau berkedok Koperasi Simpan Pinjam (Kosipa). Masyarakat diberi pinjaman sebesar seratus ribu rupiah. Namun yang diberikan hanya sebesar sembilan puluh ribu rupiah karena sepuluh ribu dijadikan pembayaran awal.

Peminjam diberi kesempatan melunasi selama satu bulan. Bila belum bisa melunasinya, ia akan diberi kelonggaran, bahkan diberi pinjaman lagi. Bila utangnya menumpuk dan tidak dapat melunasinya, mereka akan membebaskannya asal ia pindah ke agama Kristen atau kalau tidak mau bisa ditulis di KTP saja untuk keperluan administrasi.

Telaah Utama "Hancurkan Gerakan Pemurtadan Pasundan, Majalah Sabili No. 3 Th. XII, halaman 19 melaporkan, gerakan pemurtadan melalui sistem rentenir tersebut, sedikitnya berhasil memurtadkan tujuh orang. Bahkan, ada juga seorang Muslimah yang awalnya dipacari, dihamili, dinikahkan dan akhirnya dimurtadkan. "Menyikapi hal ini kami menggadakan program beasiswa dan juga berusaha mendirikan koperasi simpan pinjam tanpa bunga kepada kaum Muslimin," kata Erwin Mustofa, Ketua Divisi Anti Pemurtadan Forum Ulama Ummat.

Walhasil, praktik rentenir yang menerapkan lingkaran setan antara bonggol dan bunga itu adalah kejahatan ribawi yang harus diperangi. Umat Islam harus bahu-membahu bersama aparat untuk memerangi kejahatan rentenir. Karena praktik rentenir jelas-jelas menggerogoti ekonomi umat dan melanggar hukum, baik hukum agama maupun hukum positif. Umat harus bangkit berjihad melawan rentenir, karena Allah dan Rasulullah telah menyatakan peperangan
terhadap riba. Riba yang sangat kejam pada jaman sekarang adalah rentenir.


(Kedua artikel bersumber dari : www://timfakta.swaramuslim.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar