Jihad
Memerangi Rentenir
Oleh: Molyadi Samuel AM.
Sungguh malang nasib Bagus (40 tahun), padahal ia adalah suami setia dan
penuh tanggung jawab. Sebagai seorang suami yang sudah dikaruniai
seorang anak, warga Perum Alinda Kencana Bekasi ini bekerja keras setiap
hari. Sebagai karyawan sebuah pabrik, ia tidak pernah menyia-nyiakan
waktu untuk menafkahi keluarga yang sangat dicintainya. Setiap hari ia
bergelut dengan waktu yang sebagian besar dihabiskan untuk banting
tulang di pabrik, sebagian lagi habis ditelan kemacetan yang membuat
pusing ketika pulang dan pergi dari rumah ke pabrik. Sisa waktunya
dihabiskan di rumah untuk istirahat dan keluarga.
Demikianlah, tujuh hari dalam seminggu waktunya bergulir terus-menerus
sampai-sampai tak ada lagi waktu untuk mengkaji agama maupun menghadiri
di majelis taklim.
Saat yang paling ditunggu-tunggu oleh Bagus adalah awal bulan, di
mana ia menerima gaji setelah sebulan penuh ia memeras keringat. Sebagai
suami yang setia, gaji itu diserahkan semuanya kepada Siska, istri
tercinta yang dinikahinya lima tahun yang lalu. Untuk perhitungan
normal, gaji Bagus sebetulnya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Bahkan jika rajin menabung sisa belanja, dalam beberapa
tahun saja insya Allah bisa dipakai untuk
naik haji, merenovasi rumah, membiayai anak yatim, dan seterusnya.
Anehnya, selang lima hari setelah gajian, uang belanja pun ludes.
Dengan berbagai alasan, Siska yang pandai berdiplomasi itu pun selalu
bisa meyakinkan sang suami bahwa kebutuhan bulanan memang sedang
meningkat. Harga sembako naik lah, banyak iuran sekolah lah, iuran RT
lah, sumbangan kematian lah, dan seterusnya. Pokoknya, soal cari-cari
alasan, Siska adalah ahlinya.
Ternyata, ada yang tidak beres dalam rumah tangga itu. Setiap akhir
bulan, ketika suami sedang bekerja, Siska selalu kedatangan lima orang
tamu yang membawa sebuah buku catatan. Saat-saat inilah yang membuat
jantungnya dag-dig-dug seperti mau copot. Mereka adalah para rentenir
yang menagih bunga utang 4.700.000 rupiah. Pembaca mungkin berpikir,
betapa besarnya hutang Ibu Siska itu kepada para rentenir?
Memang, saat ini Ibu Siska terlilit hutang kepada para rentenir
sebesar 22 juta rupiah. Melihat angka ini, pembaca mungkin bertanya,
untuk apa Ibu Siska meminjam utang sebanyak itu tanpa sepengetahuan sang
suami?
Sebenarnya, Ibu Siska tidak mutlak salah. Hutang puluhan juta itu
bermula sejak dua tahun yang lalu, ketika seorang rentenir berhasil
memberikan umpan berupa pinjaman kepada Siska sebesar 500.000. Dalam
hitungan hari, minggu dan bulan, uang itu pun beranak-pinak sesuai
dengan matematika ala rentenir. Matematika rentenir ini memang tak
diajarkan di bangku sekolah, karena kalkulasinya jauh dari kewajaran.
Semakin lama, bunga hutang Ibu Siska kepada rentenir itu terus
berbunga dengan suburnya. Batinnya tertekan dihantui belitan utang, dan
dikejar-kejar dosa karena terus-menerus membohongi suaminya. Di sisi
lain, ia juga khawatir aibnya terbongkar dan diketahui sang suami,
karena ia sangat takut suaminya marah dan menceraikan dirinya. Tempat
curhat satu-satunya adalah saudara-saudaranya yang tinggal di Jakarta.
Beruntung, ada umat Islam yang peduli, sehingga kasus tersebut sampai
kepada layanan online Tim FAKTA (Forum Anti Gerakan Pemurtadan).
Setelah mendapat informasi, tanpa buang-buang waktu, setelah koordinasi
seperlunya di kantor Walikota Bekasi (9/4), Karsim R Sudiono bersama Abu
Mumtaz dan Urif segera meluncur ke kawasan Alinda Kencana.
Tepat jam 10 pagi, sampailah Tim FAKTA di rumah Bagus. Meski penuh
curiga dan tanda tanya, Bagus tetap menyambut para tamu dengan sangat
ramah. Sementara sang istri nampak menyembunyikan ketakutannya, karena
sudah menduga apa yang akan terjadi dengan suaminya.
Usai memperkenalkan diri, Karsim menjelaskan bahwa tujuan
kedatangannya adalah silaturrahim kepada sesama muslim, sembari
memecahkan persoalan umat yang sedang dihadapi. "Kami datang ke sini
untuk memberikan informasi sebuah kasus yang menimpa keluarga Pak Bagus,
insya Allah lengkap dengan solusinya. Kedatangan kami ini fisabilillah,
tanpa berharap imbalan apapun dari keluarga Pak Bagus." Sampai di sini,
Bagus masih belum paham maksud kedatangan Karsim cs. "Ada masalah apa
ini, Pak?"
Sebagai komandan regu, Karsim sangat berhati-hati menjelaskan duduk
perkara rentenir kepada Bagus dan istrinya. Sesaat, amarah Bagus meledak
tak tertahan. Siska yang duduk di sampingnya menjadi sasaran amarah dan
makian. Menjelang zuhur, suasana pun memanas, meski tak berlangsung
lama. Situasi ini berhasil dikendalikan oleh Karsim dan timnya.
Setelah menjelaskan panjang lebar seputar kejahatan kerja para
rentenir, Karsim memberi nasihat tentang pentingnya keluarga sakinah.
"Kami mohon, kasus ini jangan dibesar-besarkan. Jaga keutuhan keluarga
Bapak," ujarnya.
Sebelum mengakhiri pertemuan, Karsim memberikan solusi kepada Bagus
dan Siska agar tidak membayar bunga hutang kepada para rentenir.
"Praktik rentenir itu, bagaimanapun juga telah melanggar hukum, baik
hukum negara maupun hukum agama. Jika para rentenir menagih maupun
mengancam keluarga Pak Bagus, segera laporkan kepada polisi atau kepada
kami. Kami sudah siapkan pengacara untuk menghadapi para rentenir itu,"
tegasnya. Tepat azan zuhur, Karsim dan tim pamitan pulang.
Setelah diinvestigasi oleh Tim FAKTA, ternyata Siska bukan
satu-satunya warga Alinda Kencana yang terjerat tipu daya rentenir. Dari
pengakuan Siska, para tentangganya juga banyak yang terjerat rentenir.
Tapi sebagian mereka sudah dilunasi dengan cara pinjam ke
saudara-saudara, pinjam ke bank, jual motor, jual rumah, menggadaikan
tanah, dan lain-lain.
Sebut saja Usman, beberapa bulan lalu dia melunasi 30 juta rupiah
kepada para rentenir. Petaka keluarganya bermula tiga tahun yang lalu
ketika sang istri termakan bujuk-rayu rentenir dengan meminjam uang
tunai 500 ribu rupiah. Dalam waktu empat tahun, hutang itu berbunga jadi
puluhan juta, padahal tiap bulan istrinya selalu mencicil pembayaran
bunga.
Suatu hari, ketika bunga utang istrinya sudah menggunung, para
rentenir menagih langsung kepada para suami. Bak disambar petir di siang
bolong, Usman terkaget-kaget ketika empat orang yang datang ke rumahnya
itu semuanya menagih utang. Ada yang menagih 10 juta, ada yang 15 juta,
ada juga yang mengagih 5 juta. Karena belum tahu hukumnya, dengan berat
hati, setelah melalui tetesan keringat yang hampir kering,
hutang-hutang itu pun dibayar semuanya. Anehnya, hutang-hutang kepada
rentenir itu bisa ditawar oleh Usman. Ini membuktikan bahwa angka-angka
hutang itu adalah rekayasa rentenir yang mengada-ada.
Sampai saat ini, trauma Usman masih belum kering. "Bagi saya,
kehilangan uang puluhan juta tidak akan saya sesali sedikit pun,
seandainya dana itu untuk membantu fakir miskin," kenangnya.
KRISTENISASI BERWAJAH RENTENIR
Oleh: Ahmad Hizbullah
Gerakan rentenir di Bandung tak kalah serunya. Di Cikalong Wetan,
Kabupaten Bandung misalnya, modus pemurtadan dilakukan melalui sistem
rentenir atau berkedok Koperasi Simpan Pinjam (Kosipa). Masyarakat
diberi pinjaman sebesar seratus ribu rupiah. Namun yang diberikan hanya
sebesar sembilan puluh ribu rupiah karena sepuluh ribu dijadikan
pembayaran awal.
Peminjam diberi kesempatan melunasi selama satu bulan. Bila belum
bisa melunasinya, ia akan diberi kelonggaran, bahkan diberi pinjaman
lagi. Bila utangnya menumpuk dan tidak dapat melunasinya, mereka akan
membebaskannya asal ia pindah ke agama Kristen atau kalau tidak mau bisa
ditulis di KTP saja untuk keperluan administrasi.
Telaah Utama "Hancurkan Gerakan Pemurtadan Pasundan, Majalah Sabili
No. 3 Th. XII, halaman 19 melaporkan, gerakan pemurtadan melalui sistem
rentenir tersebut, sedikitnya berhasil memurtadkan tujuh orang. Bahkan,
ada juga seorang Muslimah yang awalnya dipacari, dihamili, dinikahkan
dan akhirnya dimurtadkan. "Menyikapi hal ini kami menggadakan program
beasiswa dan juga berusaha mendirikan koperasi simpan pinjam tanpa bunga
kepada kaum Muslimin," kata Erwin Mustofa, Ketua Divisi Anti Pemurtadan
Forum Ulama Ummat.
Walhasil, praktik rentenir yang menerapkan lingkaran setan antara
bonggol dan bunga itu adalah kejahatan ribawi yang harus diperangi. Umat
Islam harus bahu-membahu bersama aparat untuk memerangi kejahatan
rentenir. Karena praktik rentenir jelas-jelas menggerogoti ekonomi umat
dan melanggar hukum, baik hukum agama maupun hukum positif. Umat harus
bangkit berjihad melawan rentenir, karena Allah dan Rasulullah telah
menyatakan peperangan
terhadap riba. Riba yang sangat kejam pada jaman sekarang adalah
rentenir.
(Kedua artikel bersumber dari : www://timfakta.swaramuslim.com).